Kamis, 13 Februari 2014

MAKALAH PENGARUH OBJEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP PEDAGANG DI KAWASAN CANDI BOROBUDUR



PENGARUH OBJEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP PEDAGANG DI KAWASAN CANDI BOROBUDUR
                                               
KARYA ILMIAH           

DI SUSUN OLEH
LUH SAWITRI
NIS             : 1574

NISN          : 9955696142

JURUSAN           : XII IPA 2







SMA NEGERI 1 LEMPUING JAYA
KEC. LEMPUING JAYA KABUPATEN OKI
PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN AJARAN 2014





PENGARUH OBJEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP PEDAGANG DI KAWASAN CANDI BOROBUDUR

KARYA ILMIAH
DISUSUN OLEH

LUH SAWITRI
NIS     : 1574
NISN : 9955696142

SMA NEGERI 1 LEMPUING JAYA
KECAMATAN LEMPUING KABUPATEN OKI
PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2014




Disetujui Oleh :
Pembimbing I                                                             Pembimbing II

IRNA PIRAKUSNITA, S.Pd                                                DARMA IRAWATI, S.Pd
NIP : 197208072007012008                                                 NIP : 198001032010012007


Disahkan Oleh :
Kepala SMAN 1 Lempuing Jaya





Ku persembahkan kepada :

Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan kidayah-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Orang tua, Bapak/ibu guru, Teman – teman, karena telah membantu dan memberikan saran dalam penulisan karya ilmiah ini.































MOTTO :

Mulailah menggarap sedikit demi sedikit  ide yang ada dalam pikiran  anda, jangan jadikan ide tersebut hanya sebatas wacana. (Agustinus agung )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “ PENGARUH OBJEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP PEDAGANG DI KAWASAN CANDI BOROBUDUR “.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan sumber-sumber yang memuat berbagai penjelasan mengenai“ Pengaruh Objek Wisata Candi Borobudur Terhadap Pedagang Di Kawasan Candi Borobudur “. Dalam penyusunan dan penulisan karya ilmiah ini, saya banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan kali ini dengan penuh rasa hormat saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran untuk perbaikan karya ilmiah ini dan dapat bermanfaat bagi pembaca.

Lempuing Jaya,        2014


                                                                                                                  Penulis






DAFTAR ISI

JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................
MOTTO ...................................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN  .....................................................................................
1.1     Latar belakang ............................................................................................
1.2     Rumusan masalah .......................................................................................
1.3     Tujuan penelitian .........................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................
2.1     Sejarah Candi Borobudur ...........................................................................
2.2     Berdirinya Candi Borobudur ......................................................................
2.3     Gak  ............................................................................................................
2.3.1        Penemuan Kembali Candi Borobudur ..............................................
2.3.2        Penyelamatan Candi Borobudur .......................................................
2.3.3        Pemugaran Candi Borobudur ............................................................
2.4     Keunggulan Dan Manfaat Candi Borobudur .............................................
2.5     Ketertarikan Wisatawn Candi Borobudur ..................................................
2.6     Pedagang Di Kawasan Taman Wisata Candi Borobudur ...........................
2.7     Pedagang Candi Borobudur Atur Giliran Berjualan ..................................
2.8     Manfaat Candi Borobudur Terhadap Pedagang .........................................
2.9     Pengaruh Positif Candi Borobudur Bagi Pedagang ...................................



BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................
3.1     Pengaruh Wisatawan Terhadap Pedagang Di Kawasan Candi Borobudur
3.2     keuntungan yang di dapat pedagang i kawasan candi borobudur ..............
3.3     Objek Wisata Di Kawasan Candi Borobudur ............................................

BAB IV PENUTUP.................................................................................................
4.1     Kesimpulan .................................................................................................
4.2     Saran ...........................................................................................................
       
      







BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang

Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan. Budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber modal yang besar artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan.

Candi Borobudur merupakan salah satu objek wisata yang terletak di desa Borobudur, kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Adanya objek wisata Candi Borobudur diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap daerah dan mendorong masyarakat sekitar berdagang atau menjual barang yang menjadi ciri  khas daerah Wisata Candi Borobudur.

Selain keberadaan Objek Wisata Candi Borobudur berpengaruh terhadap ekonomi para penduduk setempat yang berjualan di sekitar Candi Borobudur. Objek Wisata Candi Borobudur ini digunakan untuk berjualan barang-barang yang mempunyai ciri khas Daerah Wisata Candi Bobudur. Juga para pedagang saling berebut untuk mendapatkan uang dari para wisatawan. Dengan demikian penduduk sekitar Objek Wisata Candi Borobudur sangat terbantu karena mereka dapat tercukupi kebutuhan mereka dengan berdagang di sekitar Candi Borobudur.

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengadakan penelitian terkait dengan keberadaan Objek Wisata Candi Borobudur dan pengaruh terhadap ekonomi masyarakat sekitar,terutama para pedagang yang membuka usaha di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur sehingga penulis mengambil judul “Pengaruh Objek Wisata Candi Borobudur Terhadap Pedagang Di Kawasan  CandiBorobudur”.

1.2   Rumusan  Masalah
1.      Bagaimana pengaruh wisatawan terhadap pedagang di kawasan Candi Borobudur?
2.      Apa keuntungan yang di dapat pedagang di kawasan Candi Borobudur ?
3.      Apa sajakah objek wisata di kawasan Candi Borobudur ?

1.3   Tujuan penelitian
1.      Untuk mengetahui pengaruh objek wisata Candi Borobudur terhadap pedagang di kawasan Candi Borobudur
2.      Untuk mengetahui keuntungan yang di dapat pedagang di kawasan Candi Borobudur
3.      Untuk mengetahui objek wisata di kawasan Candi Borobudur
















BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Candi  Borobudur
Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendradi Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75-100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.
Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa. Pada kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjayamemerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalinggayang dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanansekitar tahun 850M.
Pembangunan candi-candi Buddha termasuk Borobudur saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaranmemberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun candi. Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha(komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi. Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu. wangsa Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwayang kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko.Ketidakjelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra, akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.
Dijadikannya Candi Borobudur sebagai salah satu tujuan wisata utama di Indonesia telah memberikan sumbangan yang tidak kecil pada peningkatan devisa negara. Pengunjung Candi Borobudur dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Peningkatan jumlah pengunjung di satu pihak dapat menambah pendapatan negara dan masyarakat di sekitarnya, tetapi di lain pihak juga dapat mengancam kelestarian candi ini. Candi yang dibangun kira-kira abad VIII pada masa pemerintahan wangsa Sailendra ini telah kurang lebih 1260 tahun berada di alam terbuka, artinya bahan bangunan yang terbuat dari batu andesit itu juga telah mengalami proses degradasi (pelapukan) oleh faktor waktu dan alam.
Meningkatnya jumlah pengunjung ke Candi Borobudur akan memberikan dampak kurang baik bagi upaya pelestarian warisan budaya. Oleh karena itu, perlu dibuat wilayah peredam yang dapat menghambat pengunjung agar tidak naik bersama-sama ke candi, yaitu dengan membuat taman wisata di lingkungan candi. Keberadaan taman wisata diharapkan membuat pengunjung akan tersebar ke berbagai penjuru taman. Dengan tersebarnya pengunjung akan mengurangi beban yang ditanggung oleh bangunan candi.
Ada dua faktor utama penyebab terjadinya degradasi pada bangunan candi, yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam biasanya disebabkan oleh keroposnya bangunan itu sendiri, seperti konstruksi dan bahan penyusunnya. Faktor dari luar adalah pengaruh lingkungan biotik, abiotik, dan khernis. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biotik adalah tumbuhnya tanaman tingkat tinggi ( ilalang, perdu, pohon-pohon besar ) dan tanaman tingkat rendah (lumut, jamur, jamur kerak, dan algae). Selain itu, kerusakan juga disebabkan oleh aktivitas manusia, baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Kerusakan disengaja seperti corat-coret, pencurian, pengotoran, batu penyusun jatuh karena dipanjat, sedangkan kerusakan tidak disengaja seperti terjadinya keausan batu pada lantai bangunan dan kerontokan. Kerontokan terjadi akibat pembersihan gulma pada batu candi dengan menggunakan sikat.

2.2  Berdirinya Candi Borobudur

Banyak buku-bukusejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur, akan tetapikapan Candi Borobudur dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke- 8 sampai awal abad ke- 9 dari bukti-bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut  ternyata sesuai dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah jawa tengah, khususnya periode antara abad ke- 8 dan pertengahan abad ke- 9 yang terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra. Masa kejayaan ini di tandai dengan di bangunnya sejumlah besar candi di lereng-lereng gunung, yang sebagian besar adalah bangunan khas hindu sedangkan yang bertebaran di dataran-dataran adalah bangunan khas Budha tapi ada juga sebagian kecil bangunan khas Hindu.
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena usaha untuk menjungjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.

2.3 Candi Borobudur Tidak Terawat
MeletusnyaGunung Merapi diduga sebagai penyebab utama diterlantarkannya Borobudur. Borobudur tersembunyi dan terlantar selama berabad-abad terkubur di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga Borobudur kala itu benar-benar menyerupai bukit. Alasan sesungguhnya penyebab Borobudur ditinggalkan hingga kini masih belum diketahui. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan bangunan suci ini tidak lagi menjadi pusat ziarah umat Buddha. Pada kurun 928 dan 1006, Raja Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur setelah serangkaian letusan gunung berapi; tidak dapat dipastikan apakah faktor inilah yang menyebabkan Borobudur ditinggalkan, akan tetapi beberapa sumber menduga bahwa sangat mungkin Borobudur mulai ditinggalkan pada periode ini. Bangunan suci ini disebutkan secara samar-samar sekitar tahun 1365, oleh Mpu Prapanca dalam naskahnya Nagarakretagama yang ditulis pada masa kerajaan Majapahit. Ia menyebutkan adanya "Wihara di Budur". Selain itu Soekmono (1976) juga mengajukan pendapat populer bahwa candi ini mulai benar-benar ditinggalkan sejak penduduk sekitar beralih keyakinan kepada Islam pada abad ke-15.
Monumen ini tidak sepenuhnya dilupakan, melalui dongeng rakyat Borobudur beralih dari sebagai bukti kejayaan masa lampau menjadi kisah yang lebih bersifat tahayul yang dikaitkan dengan kesialan, kemalangan dan penderitaan. Dua Babad Jawa yang ditulis abad ke-18 menyebutkan nasib buruk yang dikaitkan dengan monumen ini. Menurut Babad Tanah Jawi(Sejarah Jawa), monumen ini merupakan faktor fatal bagi Mas Dana, pembangkang yang memberontak kepada Pakubuwono I, rajaKesultanan Mataram pada 1709. Disebutkan bahwa bukit "Redi Borobudur" dikepung dan para pemberontak dikalahkan dan dihukum mati oleh raja. Dalam Babad Mataram (Sejarah Kerajaan Mataram), monumen ini dikaitkan dengan kesialan Pangeran Monconagoro, putra mahkota Kesultanan Yogyakarta yang mengunjungi monumen ini pada 1757. Meskipun terdapat tabu yang melarang orang untuk mengunjungi monumen ini, "Sang Pangeran datang dan mengunjungi satria yang terpenjara di dalam kurungan (arca buddha yang terdapat di dalam stupa berterawang)". Setelah kembali ke keraton, sang Pangeran jatuh sakit dan meninggal dunia sehari kemudian. Dalam kepercayaan Jawa pada masa Mataram Islam, reruntuhan bangunan percandian dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh halus dan dianggap wingit (angker) sehingga dikaitkan dengan kesialan atau kemalangan yang mungkin menimpa siapa saja yang mengunjungi dan mengganggu situs ini. Meskipun secara ilmiah diduga, mungkin setelah situs ini tidak terurus dan ditutupi semak belukar, tempat ini pernah menjadi sarang wabah penyakit seperti demam berdarah atau malaria.
                                                                                                        
2.3.1PenemuanKembaliCandi Borobudur

Candi Borobudur yang sempat menjadi keajaiban dunia ini menjulang tinggi di antara dataran rendah di sekelilingnya. Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad-abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran. Sekitar 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, ini adalah waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi atau membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu-batu pada saat pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800-an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur.
Setelah sekian lama Candi Borobudur terbengkalai dan tak terurus maka tumbuhlah tumbuhan liar yang menutupi bangunan tersebut. sekitar abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan. Pada tahun 1835M seluruh candi di bersihkan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman, karen begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puin-puing yang masih menutupi candi di sigkirkan dan tanah yang menutupi lorong-lorong bangunan candipun di singkirkan.
Setelah Perang Inggris-Belandadalam memperebutkan pulau Jawa, Jawa dibawah pemerintahan Britania (Inggris) pada kurun 1811 hingga 1816. Thomas Stamford Raffles ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, dan ia memiliki minat istimewa terhadap sejarah Jawa. Ia mengumpulkan artefak-artefak antik kesenian Jawa kuno dan membuat catatan mengenai sejarah dan kebudayaan Jawa yang dikumpulkannya dari perjumpaannya dengan rakyat setempat dalam perjalanannya keliling Jawa. Pada kunjungan inspeksinya di Semarang tahun 1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di dalam hutan dekat desa Bumisegoro.Karena berhalangan dan tugasnya sebagai Gubernur Jenderal, ia tidak dapat pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar ini. Dalam dua bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena ancaman longsor, ia tidak dapat menggali dan membersihkan semua lorong. Ia melaporkan penemuannya kepada Raffles termasuk menyerahkan berbagai gambar sketsa candi Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya menyebutkan beberapa kalimat, Raffles dianggap berjasa atas penemuan kembali monumen ini, serta menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah hilang ini.
Hartmann, seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Kedu meneruskan kerja Cornelius dan pada 1835 akhirnya seluruh bagian bangunan telah tergali dan terlihat. Minatnya terhadap Borobudur lebih bersifat pribadi daripada tugas kerjanya. Hartmann tidak menulis laporan atas kegiatannya; secara khusus, beredar kabar bahwa ia telah menemukan arca buddha besar di stupa utama. Pada 1842, Hartmann menyelidiki stupa utama meskipun apa yang ia temukan tetap menjadi misteri karena bagian dalam stupa kosong.
Pemerintah Hindia Belandamenugaskan F.C. Wilsen, seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik, ia mempelajari monumen ini dan menggambar ratusan sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk melakukan penelitian lebih terperinci atas monumen ini, yang dirampungkannya pada 1859. Pemerintah berencana menerbitkan artikel berdasarkan penelitian Brumund yang dilengkapi sketsa-sketsa karya Wilsen, tetapi Brumund menolak untuk bekerja sama. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan ilmuwan lain, C. Leemans, yang mengkompilasi monografi berdasarkan sumber dari Brumund dan Wilsen. Pada 1873, monograf pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur diterbitkan, dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun kemudian. Foto pertama monumen ini diambil pada 1873 oleh ahli engrafi Belanda, Isidore van Kinsbergen.
Penghargaan atas situs ini tumbuh perlahan. Untuk waktu yang cukup lama Borobudur telah menjadi sumber cenderamata dan pendapatan bagi pencuri, penjarah candi, dan kolektor "pemburu artefak". Kepala arca Buddha adalah bagian yang paling banyak dicuri. Karena mencuri seluruh arca buddha terlalu berat dan besar, arca sengaja dijungkirkan dan dijatuhkan oleh pencuri agar kepalanya terpenggal. Karena itulah kini di Borobudur banyak ditemukan arca Buddha tanpa kepala. Kepala Buddha Borobudur telah lama menjadi incaran kolektor benda antik dan museum-museum di seluruh dunia. Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan reliefnya dipindahkan ke museum akibat kondisi yang tidak stabil, ketidakpastian dan pencurian yang marak di monumen. Akibatnya, pemerintah menunjuk Groenveldt, seorang arkeolog, untuk menggelar penyelidikan menyeluruh atas situs dan memperhitungkan kondisi aktual kompleks ini; laporannya menyatakan bahwa kekhawatiran ini berlebihan dan menyarankan agar bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk dipindahkan.
Bagian candi Borobudur dicuri sebagai benda cinderamata, arca dan ukirannya diburu kolektor benda antik. Tindakan penjarahan situs bersejarah ini bahkan salah satunya direstui Pemerintah Kolonial. Pada tahun 1896, Raja Thailand, Chulalongkorn ketika mengunjungi Jawa di Hindia Belanda(kini Indonesia) menyatakan minatnya untuk memiliki beberapa bagian dari Borobudur. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan dan menghadiahkan delapan gerobak penuh arca dan bagian bangunan Borobudur. Artefak yang diboyong ke Thailand antara lain; lima arca Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang, dan arca penjaga dwarapalayang pernah berdiri di Bukit Dagi beberapa ratus meter di barat laut Borobudur. Beberapa artefak ini, yaitu arca singa dan dwarapala, kini dipamerkan di Museum Nasional Bangkok

2.3.2PenyelamatanCandi Borobudur

Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur mula-mula hanya dilakukan secara kecil-kecilan serta pembuatan gambar-gambar dan photo-photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang pertama kali di adakan pada tahun 1907 M-1911 M di bawah pimpinan Th VanErpdengan maksud untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak bagian tembok atau dinding-dinding terutama di tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjung maupun bangunannya sendiri, namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat di selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai gapura-gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari bahwa tahun-tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di sema-semak secara tidak langsung telah menutupi adan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan melesetnya dinding-dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu, Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tn Vanerf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah.

2.3.3 PemugaranCandi Borobudur

Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga-tenaga muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA ).
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu-batu Candi Borobudursedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu-batu yang sudah retak dan pecah, pekerjaan-pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan-bahan bangunan di tangani oleh kontraktor ( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian-bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawahpimpinan DR Soekmonodengan di tandaisebuahbatuprasatiseberat + 20 Ton.
Borobudur kembali menarik perhatian pada 1885, ketika Yzerman, Ketua Masyarakat Arkeologi di Yogyakarta, menemukan kaki tersembunyi. Foto-foto yang menampilkan relief pada kaki tersembunyi dibuat pada kurun 1890–1891.Penemuan ini mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengambil langkah menjaga kelestarian monumen ini. Pada 1900, pemerintah membentuk komisi yang terdiri atas tiga pejabat untuk meneliti monumen ini: Brandes, seorang sejarawan seni, Theodoor van Erp, seorang insinyur yang juga anggota tentara Belanda, dan Van de Kamer, insinyur ahli konstruksi bangunan dari Departemen Pekerjaan Umum.Penanaman beton dan pipa PVC untuk memperbaiki sistem drainase Borobudur pada pemugaran tahun 1973.
Pada 1902, komisi ini mengajukan proposal tiga langkah rencana pelestarian Borobudur kepada pemerintah. Pertama, bahaya yang mendesak harus segera diatasi dengan mengatur kembali sudut-sudut bangunan, memindahkan batu yang membahayakan batu lain di sebelahnya, memperkuat pagar langkan pertama, dan memugar beberapa relung, gerbang, stupa dan stupa utama.Kedua, memagari halaman candi, memelihara dan memperbaiki sistem drainase dengan memperbaiki lantai dan pancuran. Ketiga, semua batuan lepas dan longgar harus dipindahkan, monumen ini dibersihkan hingga pagar langkan pertama, batu yang rusak dipindahkan dan stupa utama dipugar. Total biaya yang diperlukan pada saat itu ditaksir sekitar 48.800 Gulden.
Pemugaran dilakukan pada kurun 1907 dan 1911, menggunakan prinsip anastilosis dan dipimpin Theodor van Erp. Tujuh bulan pertama dihabiskan untuk menggali tanah di sekitar monumen untuk menemukan kepala buddha yang hilang dan panel batu. Van Erp membongkar dan membangun kembali tiga teras melingkar dan stupa di bagian puncak. Dalam prosesnya Van Erp menemukan banyak hal yang dapat diperbaiki; ia mengajukan proposal lain yang disetujui dengan anggaran tambahan sebesar 34.600 gulden. Van Erp melakukan rekonstruksi lebih lanjut, ia bahkan dengan teliti merekonstruksi chattra (payung batu susun tiga) yang memahkotai puncak Borobudur. Pada pandangan pertama, Borobudur telah pulih seperti pada masa kejayaannya. Akan tetapi rekonstruksi chattrahanya menggunakan sedikit batu asli dan hanya rekaan kira-kira. Karena dianggap tidak dapat dipertanggungjawabkan keasliannya, Van Erp membongkar sendiri bagian chattra. Kini mastaka atau kemuncak Borobudur chattrasusun tiga tersimpan di Museum Karmawibhangga Borobudur.
Akibat anggaran yang terbatas, pemugaran ini hanya memusatkan perhatian pada membersihkan patung dan batu, Van Erp tidak memecahkan masalah drainase dan tata air. Dalam 15 tahun, dinding galeri miring dan relief menunjukkan retakan dan kerusakan.Van Erp menggunakan beton yang menyebabkan terbentuknya kristal garam alkali dan kalsium hidroksida yang menyebar ke seluruh bagian bangunan dan merusak batu candi. Hal ini menyebabkan masalah sehingga renovasi lebih lanjut diperlukan.
Pemugaran kecil-kecilan dilakukan sejak itu, tetapi tidak cukup untuk memberikan perlindungan yang utuh. Pada akhir 1960-an, Pemerintah Indonesiatelah mengajukan permintaan kepada masyarakat internasional untuk pemugaran besar-besaran demi melindungi monumen ini. Pada 1973, rencana induk untuk memulihkan Borobudur dibuat. Pemerintah Indonesia dan UNESCO mengambil langkah untuk perbaikan menyeluruh monumen ini dalam suatu proyek besar antara tahun 1975 dan 1982. Pondasi diperkokoh dan segenap 1.460 panel relief dibersihkan. Pemugaran ini dilakukan dengan membongkar seluruh lima teras bujur sangkar dan memperbaiki sistem drainase dengan menanamkan saluran air ke dalam monumen. Lapisan saringan dan kedap air ditambahkan. Proyek kolosal ini melibatkan 600 orang untuk memulihkan monumen dan menghabiskan biaya total sebesar 6.901.243 dollar AS. Setelah renovasi, UNESCO memasukkan Borobudur ke dalam daftar Situs Warisan Dunia pada tahun 1991.
Borobudur masuk dalam kriteria Budaya mewakili mahakarya kretivitas manusia yang jenius, menampilkan pertukaran penting dalam nilai-nilai manusiawi dalam rentang waktu tertentu di dalam suatu wilayah budaya di dunia, dalam pembangunan arsitektur dan teknologi, seni yang monumental, perencanaan tata kota dan rancangan lansekap, dan secara langsung dan jelas dihubungkan dengan suatu peristiwa atau tradisi yang hidup, dengan gagasan atau dengan kepercayaan, dengan karya seni artistik dan karya sastra yang memiliki makna universal yang luar biasa.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.

2.4  Keunggulan dan Manfaat Candi Borobudur

Candi yang terdaftar di World Heritage Site UNESCO ini pernah menjadi anggota Tujuh Keajaiban Dunia. Berdiri di Magelang, Jawa Tengah, Borobudur adalah salah satu candi Buddha terbesar di dunia. Keunikan candi yang dibangun Raja Samaratungga ini tidak hanya terletak pada struktur bangunannya yang terdiri dari 10 tingkat, tapi juga pada relief-relief di tubuhnya yang menyimpan makna kehidupan di muka bumi. Relief itu akan terbaca secara berurutan bila kita berjalan searah jarum jam.
Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, Ramayana, selain menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Keseluruhan relief mencerminkan ajaran sang Buddha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari Buddha. Yang juga mengagumkan, Borobudur dibangun hanya menggunakan sistem interlock, layaknya balok-balok lego yang menempel tanpa lem ataupun semen.
Menurut Prof.Dr.JG Casparis, sebuah prasasti dari abad sembilan menyingkapkan silsilah tiga raja wangsa Cailendra, yaitu raja Indra, putranya Samaratungga dan selanjutnya putri Samaratungga yaitu Pramodawardhani. Pada masa pemerintahan raja Samaratungga, mulailah dibangun candi yang bernama Bhumisam Bharabudhara, yang dapat ditafsirkan sebagai Bukit Peningkatan Kebajikan, yaitu setelah melampaui sepuluh tingkat Bodhisattva. Setelah selesai dibangun selama kurang lebih seratus lima puluh tahun, Candi Borobudur merupakan pusat ziarah megah bagi penganut Buddha sampai dengan runtuhnya kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, dimana pusat kekuasaan dan kebudayaan pindah ke Jawa Timur.
Keindahan dan keagungan Candi Borobudur tidak hanya mendapatkan pengakuan masyarakat Indonesia sendiri, melainkan ia sudah dianggap sebagai warisan kebudayaan dunia. Hal ini terbukti pada saat pemugaran Candi Borobudur selama sepuluh tahun sejak tahun 1971, dukungan berbagai negara sahabat telah diberikan secara mantap. Dua puluh delapan negara duduk sebagai anggota dari Executive Committee for the International campaign to Safeguard the Temple Borobudur.
Selanjutnya, Candi Borobudur berhasil menampilkan diri sebagai pusat wisata yang mampu menyerap tingginya kunjungan wisatawan, yaitu kurang lebih 6.333,95 orang/ hari pada tahun 1997 dengan 13% wisatawan mancanegara dan sisanya 87% wisatawan nusantara.5 Kemegahan, keagungan, keindahan dan keunikan arsitektur Candi Borobudur yang dibalut dengan nilai-nilai penting dari sisi agama, budaya dan sejarah telah menjadi fokus perhatian umat Buddha, baik di Indonesia maupun luar negeri, serta wisatawan pada umumnya untuk datang berkunjung. Dengan kata lain Candi Borobudur mendatangkan banyak devisa untuk negara.

2.5  Ketertarikan Wisatawan Candi borobudur
                                                                                      
Dengan segala pesona dan misterinya, wajar bila banyak orang dari segala penjuru dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya, pengunjung juga bisa berkeliling ke desa-desa di sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga pembuat kerajinan. Pengunjung juga bisa pergi ke puncak Watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas.
Sebagai kuil Budha yang terbesar diseluruh dunia, Borobudur adalah salah satu hasil budaya manusia yang paling sering dikunjungi lebih dari sejuta wisatawan setiap tahunnya. Baik domestic maupun mancanegara. Tidak ada satupun candi diseluruh dunia yang menyerupai gaya arsitek candi ini. Candi yang dibangun di pada abad kesembilan masehi ini sangat pas sekali untuk orang-orang yang memiliki hobi fotografi, banyak spot menarik yang bisa diambil untuk diabadikan, apabila disaat sunset. Borobudur penuh dengan ornamen filosofis dimana menyimbolkan secara nyata tentang perbedaan jalur yang dapat diikuti untuk mencapai tujuan hidup. Relief yang terukir didinding candi memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup. Dengan kata lain, Borobudur memiliki jiwa seni, filosofis, dan budaya. Jika kita berada pada kota Yogyakarta, Borobudur bisa dicapai dengan menggunakan mobil. Hanya akan memakan waktu sekitar 1jam untuk sampai kesana. Kita dapat mengikuti tur atau menyewa mobil. Dengan menaiki candi menakjubkan ini, kita dapat mengagumi setiap relief yang berada pada batu-batu disekeliling kita.
Aneka souvenir berupa miniatur Borobudur dari perak, gantungan kunci, kaos oblong, hingga kartu pos bergambar Borobudur bisa kita temui didaerah area candi Borobudur. Relief yang terukir didinding candi memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup. Setiap relief memiliki ceritanya masing-masing. Untuk lebih mengerti tentang maka relief serta sejarah candi ini, kita dapat mengikuti tur atau menyewa pemandu yang telah mengerti untuk membimbing kita. Dan adapula semacam mitos yang mengatakan apabila kita berhasil menyentuh figur sang Budha yang terdapat dalam stupa, maka keinginan yang kita miliki akan terkabul.

2.6Pedagang Di Kawasan Taman Wisata Candi Borobudur

Setelah Candi Borobudur ini diresmikan menjadi tempat Pariwisata. Kawasan Candi Borobudur ini mulai banyak pedagang yang berdagang dikawasan. Dengan banyaknya pedagang yang berada dikawasan pariwisata Candi Borobudur pedagangpun saling berebut pengunjung untuk merebutkan konsumen dan ini dapat tidak menyamankan pengunjung yang datang ke daerah wisata ini.
Cara berjualan pedagang yang selama ini dinilai tidak membuat nyaman pengunjung dan oleh karena itu penerapan pola giliran di tempat pariwisata ini akan dibenahi, terutama di kalangan pedagang cinderamata. Penjualan pun akan dibenahi melaui shift yang ditentukan para para pengunjung mengakui citra pariwisata Candi Borobudur terkesan buruk karena pedagang menawarkan cinderamata seolah-olah mengejar dan memaksa Wisata untuk membelinya pihaknya mencatat 3272 pedagang yang tergabung dalam52 kelompok aneka cinderamata makanan dan minuman berjualan di kompleks TWCB.
Setiap pedagang wajib menyerahkan data diri diserati poto kepada pengurus paguyuban. Agar semua pedagang yang ada di TWCB terdata oleh pihak Wisata Candi Borobudur. Meskipun kartu Anggota sudah dibuat dan pembagian shift diberlakukan masih saja terjadi ketidak seimbangan pelaku wisata dan wisatawan yang berkunjung ke Camdi Borobudur berdampak konflik antar pedagang.
Setelah pihak Candi Borobudur mengetahui peristiwa ini tidak mengalami pembaikan. Pihak Candi Borobudur memberikan uji coba giliran berdagang dilakukan terhadap delapan kelompok yang terdiri atas kelompok pengasong (69 orang) patung batu dan petunggu (36 orang) topeng wayang (42) centong dan kipas tanduk (17) batik wirawisata (40) miniature Borobudur (38) miniature sepeda (8) asbak fiber (39). Setiap kelompok memiliki harga patokan minimal diatas barang yang dijual kepada wisatawan. Supaya tidak menyulitkan pedagangan lain dalam menjajakan cinderamata. Setiap kelompok membagi anggotanya untuk berjualan setiap hari, mulai pukul 06.00 hingga 12.00 WIB dan pukul 12.00 hingga 18.00 lokasi mereka berdagang di zona II dalam TWCB, dariperempatan jalan wisatawan dibawah pintu keluar Candi Borobudur, di zona I TWCB hingga depan museum karma wibangga.

2.7Pedagang Candi Borobudur Atur Giliran Berjualan

Pedagang asongan dikawasan Taman Wisata Candi Borobudurb tahun lalu mulai mengatur giliran untuk berjualan di zona II Taman Wisata Candi Borobudur. Hal ini semata-mata dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan kepada para pengunjung. Agar tidak terus dicap jelek dan mengganggu kenyamanan wisatawan. Maka tahun lalu pihak Candi Borobudur berupaya agar aktivitas berdagang yang dijalankan berlangsung lebih tertib. Pengaturan giliran berjualan di zona II ini sudah berjalan sejak 26 januari 2009. Setiap harinya, giliran untuk berdagang ini terbagi menjadi dua shift, yaitu shift pertama berlangsung mulai pukul 06.00 – 12.00 WIB dan shift kedua mulai pukul 13.00 – 18.00 WIB. Pada tahap awal, pengaturan giliran ini berlaku untuk pedagang asongan dari depan komoditas namun nama-nama pedagang yang boleh berjualan di zona II tersebut tidak baku dan dapat digantikan oleh pedagang yang lain.
Dengan mengatur giliran tersebut, maka jumlah pedagang asongan di zona II akan lebih terkendali.
Dengan begitu situasi dari sekitar candi akan terasa lebih nyaman karena wisatawan tidak merasa di kerumuni pedagang. Selain tertib berjualan dalam pengamatan di lapangan, para pedagang juga berusaha memperbaiki penampilan di antaranya dengan mengenakan baju seragam. Kelmpok pedagang batik misalnya, bahkan memiliki tiga model baju seragam yang dipakai berganti-ganti dalam satu minggu. Dengan memakai baju seragam, ketua kelompok pedagang berupaya tampil lebih sopan dan menarik. Selain itu, kelompok pedagang kaos batik juga telah membuat peraturan sendiri untuk mentertibkan anggotanya untuk seorang wisatawan. Dalam berjualan pun mereka juga menyepakati harga termurah yang ditawarkan kepada pengunjung jika ada yang melanggar, maka yang bersangkutan akan dikenakan sanksi ujarnya, sanksi yang diberikan berupa membayar denda Rp 10.000 hingga dikeluarkan dari kelompok.

2.8 Manfaat Candi Borobudur Terhadap Pedagang

Adanya Objek Wisata Candi Borobudur memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan para pedagang karena pedagang dapat memanfaatkan potensi Objek Wisata Candi Borobudur sebagai lapangan pekerjaan bagi mereka. Dengan banyaknya usaha dagang yang dikelola oleh para pedagang akan membantu pedagang dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup pedagang. Adanya Objek Wisata Candi Borobudur yang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar Candi Borobudur terutama yang bekerja menjadi pedagang di Taman Borobudur dapat membantu tingkat kemakmuran dan kesejahteraan hidup para pedagang.
Pendapatan merupakan keuntungan ekonomi yang didapat seseorang yang menyangkut jumlah yang dinyatakan dengan uang. Pendapatan yang diperoleh akan digunakan untuk membiayai kehidupan sehari-hari para pedagang yang meliputi kebutuhan pangan sandang dan papan yang merupakan kebutuhan primer maupun sekunder. Untuk membiayai kebutuhan hidupnya ada kalanya dari pendapatan yang diperoleh apabila ada sisa sebagai pedagang di Taman Borobudur dengan memperoleh penghasilan bersih antara Rp 20.000 – Rp 30.000 jika berdagang pada hari biasa. Tetapi jika pedagang pada waktu liburan bias mencapai Rp. 50.000 perhari.

2.9 Pengaruh Positif Candi Borobudur Bagi Pedagang

Semakin luasnya kesempatan usaha. Adanya kesempatan usaha tumbuh untuk menyediakan keperluan wisatawan, hal ini mendorong para pedagang untuk membuka usaha dengan berdagang berbagai macam barang dagangan yang menjadi cirri khas daerah wisata seperti kerajinan-kerajinan. Usaha-usaha kios, warung makan dan berbagai macam dagangan lainya.
Membuka lapangan pekerjaan, untuk usaha yang ada dibutuhkan tenaga kerja dan makin banyak wisata yang berkunjung makin banyak pula jenis usaha yang tumbuh maka makin luas juga lapangan kerja yang tercipta. Adanya Objek Wisat Candi Borobudur dimanfaatkan pedagang untuk membuka usaha seluas-luasnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Meningkatkan pendapatan adanya lapangan kerja yang luas dan banyak pariwisata akan membantu meningkatkan pendapatan para pedagang berasal dari banyaknya para wisatawan yang membeli barang-barang dagang. Dari pendapatan yang meningkatkan dapat membantu memperbaiki perekonomian yang berarti akan meningkatkan juga tingkat kesejahteraan dan kemakmuran para pedagang.
Meningkatkan pola pikir para pedagang. Pola yang maju akan meningkatkan dampak perilaku para pedagang yang mulai terbuka untuk memanfaatkan keperluan ekonomi yang ada dengan mengembangkan usaha-usaha dagang para pedagang agar lebih maju dengan melakukan kerjasama-kerjasama ekonomi antara para pedagang.


























BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Wisatawan Terhadap Pedagang Di Kawasan Candi Borobudur

Hampir semua penduduk di sekitar Candi Borobudur memperoleh pendapatan dari berdagang di kawasan Candi Borobudur. Hingga pedagang di Tempat Wisata Candi Borobudur kurang biasa dikendalikan dan pedagang membuat para pengunjung tidak nyaman dengan adanya pedagang yang banyak terutama asongan, juga penawaran pedagang seolah-olah memaksa pembeli. Dengan adanya persoalan seperti ini dengan mengatur jadwal mereka agar tidak terlalu banyak pedagang. di kawasan candi borobudur, turis sering terasa terganggu dengan pedagang yang sering berjualan dengan sikap memaksa di kawasan tersebut.
Adanya obyek wisata candi borobudur memberikan pengaruh positif bagi perilaku social ekonomi pedagang yaitu semakin luasnya kesempatan usaha, membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan dan pola piker pedagang dalam pengembangan usaha dagang. Sedangkan pengaruh negatifnya yaitu meningkatnya harga di daerah wisata, adanya persaingan dan pertentangan atau pertikaian dan pencemaran lingkungan. Keberadaan taman borobudur berpengaruh terhadap perilaku social ekonomi pedagang. Proses interaksi social menghasilkan dua pola yaitu pola interaksi social asosiatif dan pola interaksi social disosiatif. Bagi pedagang agar memiliki sikap terbuka untuk menerima perbedaan-perbedaan agar lebih aktif memberikan penyuluhan untuk mencegah persaingan dan pertentangan atau pertikaian antara pedagng untuk menciptakan lingkungan taman yang aman dan nyaman.

3.2 Keuntungan Yang Di Dapat  Pedagang Di Kawasan Candi Borobudur
                                 
Candi Borobudur yang terletak di kabupaten Magelang, sangat membantu sekali dalam perekonomian rakyat setempat. Karena dengan adanya tempat Wisata Candi Borobudur disekitar masyarakat tersebut. Para penduduk dapat membuka usaha di sekitar Candi Borobudur seperti berdagang.
Adanya Objek Wisata Candi Borobudur memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan para pedagang karena pedagang dapat memanfaatkan potensi Objek Wisata Candi Borobudur sebagai lapangan pekerjaan bagi mereka. Dengan banyaknya usaha dagang yang dikelola oleh para pedagang akan membantu pedagang dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup pedagang. Adanya Objek Wisata Candi Borobudur yang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar Candi Borobudur terutama yang bekerja menjadi pedagang di Taman Borobudur dapat membantu tingkat kemakmuran dan kesejahteraan hidup para pedagang.
Pendapatan merupakan keuntungan ekonomi yang didapat seseorang yang menyangkut jumlah yang dinyatakan dengan uang. Pendapatan yang diperoleh akan digunakan untuk membiayai kehidupan sehari-hari para pedagang yang meliputi kebutuhan pangan sandang dan papan yang merupakan kebutuhan primer maupun sekunder. Untuk membiayai kebutuhan hidupnya ada kalanya dari pendapatan yang diperoleh apabila ada sisa sebagai pedagang di Taman Borobudur dengan memperoleh penghasilan bersih antara Rp 20.000 – Rp 30.000 jika berdagang pada hari biasa. Tetapi jika pedagang pada waktu liburan bias mencapai Rp. 50.000 perhari.

3.3Objek Wisata Di Kawasan Candi Borobudur
Sesungguhnya candi borobudur memiliki petensi wisata besar dan bervariasi, seperti wisata alam, budaya, hingga kuliner.namun sayang potensi ini seperti tenggelam oleh popularitas candi yang sudah mendunia.
3.3.1 Punthuk Setumbu
tempat ini berada di desakarangrejo, kecamatan borobudur, kabupaten manggelang, sekitar 4 kmke arah barat dari candi. Punthuk setumbu adalah salah satu bukti di antara deretan perbukitan menoreh. Karena berada di dataran tinggi, maka dengan mendakinya anda akan di suguhkan pemandangan memikat berupa candi borobudur dari kejauhan.
Sebagai pengunjung lokasi ini adalah pencinta fotografi dari dalam dan luar negeri. Hamparan lansekap di sekitar punthuk setumbu memang memukau untuk di abadikan, terutama di pagi hari. Jika beruntung fotografer yang datang ketika matahari terbit bisa menangkap roll of ligh yang menembus awan dan embun.

3.3.2 Desa Wanurejo
desa wanurejo punya sejarah tersendiri. Ia memiliki hubungan emosional dengan perjuangan pangeran diponegoro.peninggalan yang ada maupun cerita rakyat yang telah bertahun-tahun di turunkan oleh pendahulunya menjadi saksi jesarah beliau desa ini. Salah satunya adalah makam yang di percaya masyarakat sebagai makam BPH. Tedjokusumo, putra dari sri sultan hamengkubuwono  II ke-76. Dia inilah cikal bakal berdirinya desa wanurejo. Setiap tahun, desa ini merayakan hari jadinya dengan menggelar perhelatan akbar, yang dinamakan gelar budaya desa wanurejo. Ini adalah ajang para pengrajin dan seniman unjuk gigi.

3.3.3 Desa Tegal Arum
ini pusatnya kripik tempe dan peyek kacang. Anda bisa melihat langsung proses peracikan bumbu, penggorengan, sampai pengemasannya. Para pekerjanya adalah ibu-ibu setempat, yang akan dengan ramah mempersilahkan anda menyaksikan kegiatan mereka sehari-hari, jika anda mampir kesini jangan lupa membeli makanan mereka. Selain masih segar, harga juga lebih murah di banding di toko-toko.

3.3.4 Dusun Klipoh
dusun klipoh di kenal sebagai salah satu sentra pembuatan gerabah di daerah jawa tengah.mayoritas penduduknya memang hidup sebagai pengrajin barang-barang tanah liat. Keterampilan mereka membuat gerabah di peroleh secaraturun menurun, sejak berpuluh tahun silam. Namun, yang menarik disini adalah cara mereka membuat gerabah. Warga dusun klipoh masih menggunakan cara-cara tradisional. Bagi mereka, cara ini adalah sesuatu yang harus di pertahankan karena sudah menjadi bagian dari budaya setempat.






















BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan mengenai pengaruh Objek Wisata Candi Borobudur terhadap pedagang di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur dapat disipulkan sebagai berikut :
1.      Tempat Wisata Candi Borbudur sangat bermanfaat bagi penduduk setempat untuk berdagang.
2.      Pedagang dapat menghasilkan keuntungan lebih besar dari tempat Wisata Candi Borobudur.
3.      Tempat Wisata Candi Borobudur dapat membantu penduduk untuk usaha berdagang.

4.2  Saran
 Bagi pedagang di taman wisata Candi Borobudur janganlah mendesak-desak wisatawan yang akan berwisata untuk memaksa membeli barang dagangannya. Agar tidak menggangu pengunjung dan menawarkan barang dagangan harus lebih sopan.
 Bagi pihak PT Taman Wisata Candi Borobudur pihak PT Taman Wisata Candi Borobudur selaku pihak yang bertanggung jawab mengella Taman Wisata Candi Borobudur harus lebih efektif memberikan penyuluhan untuk mencegah agar pedagang tidak berlebihan. Berlebihan pedagang dapat mengakibatkan pengunjung kurang nyaman.