KARYA ILMIAH
DI SUSUN OLEH
LUH SAWITRI
NIS :
1574
NISN :
9955696142
JURUSAN :
XII IPA 2
SMA
NEGERI 1 LEMPUING JAYA
KEC.
LEMPUING JAYA KABUPATEN OKI
PROVINSI
SUMATERA SELATAN
TAHUN
AJARAN 2014
PENGARUH
OBJEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP PEDAGANG DI KAWASAN CANDI BOROBUDUR
KARYA ILMIAH
DISUSUN OLEH
LUH SAWITRI
NIS : 1574
NISN : 9955696142
SMA NEGERI 1
LEMPUING JAYA
KECAMATAN
LEMPUING KABUPATEN OKI
PROVINSI
SUMATERA SELATAN
TAHUN 2014
Disetujui
Oleh :
Pembimbing
I Pembimbing II
IRNA PIRAKUSNITA, S.Pd DARMA
IRAWATI, S.Pd
NIP : 197208072007012008 NIP : 198001032010012007
Disahkan
Oleh :
Kepala
SMAN 1 Lempuing Jaya
Ku persembahkan
kepada :
Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat dan kidayah-Nya saya dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini. Orang tua, Bapak/ibu guru, Teman – teman, karena telah membantu dan
memberikan saran dalam penulisan karya ilmiah ini.
MOTTO :
Mulailah menggarap
sedikit demi sedikit ide yang ada dalam
pikiran anda, jangan jadikan ide
tersebut hanya sebatas wacana. (Agustinus agung )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “ PENGARUH OBJEK WISATA
CANDI BOROBUDUR TERHADAP PEDAGANG DI KAWASAN CANDI BOROBUDUR “.
Karya ilmiah ini
disusun berdasarkan sumber-sumber yang memuat berbagai penjelasan mengenai“
Pengaruh Objek Wisata Candi Borobudur Terhadap Pedagang Di Kawasan Candi
Borobudur “. Dalam penyusunan dan penulisan karya ilmiah ini, saya banyak
mendapat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan kali ini dengan penuh rasa hormat saya mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan karya ilmiah
ini.
Saya menyadari bahwa
dalam penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saya berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran untuk perbaikan
karya ilmiah ini dan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Lempuing Jaya, 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
JUDUL
HALAMAN
PENGESAHAN.................................................................................
HALAMAN
PERSEMBAHAN ............................................................................
MOTTO ...................................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR ISI ...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN .....................................................................................
1.1 Latar belakang ............................................................................................
1.2
Rumusan masalah .......................................................................................
1.3 Tujuan penelitian .........................................................................................
BAB II LANDASAN
TEORI.................................................................................
2.1 Sejarah Candi Borobudur ...........................................................................
2.2 Berdirinya Candi Borobudur ......................................................................
2.3 Gak ............................................................................................................
2.3.1
Penemuan Kembali Candi
Borobudur ..............................................
2.3.2
Penyelamatan Candi
Borobudur .......................................................
2.3.3
Pemugaran Candi
Borobudur ............................................................
2.4 Keunggulan Dan Manfaat Candi Borobudur .............................................
2.5 Ketertarikan Wisatawn Candi Borobudur ..................................................
2.6 Pedagang Di Kawasan Taman Wisata Candi Borobudur ...........................
2.7 Pedagang Candi Borobudur Atur Giliran Berjualan ..................................
2.8 Manfaat Candi Borobudur Terhadap Pedagang .........................................
2.9
Pengaruh Positif Candi
Borobudur Bagi Pedagang ...................................
BAB III
PEMBAHASAN.......................................................................................
3.1 Pengaruh Wisatawan Terhadap Pedagang Di Kawasan Candi
Borobudur
3.2 keuntungan yang di dapat pedagang i kawasan candi borobudur ..............
3.3 Objek Wisata Di Kawasan Candi Borobudur ............................................
BAB IV PENUTUP.................................................................................................
4.1 Kesimpulan .................................................................................................
4.2 Saran ...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang
memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang
mempunyai daya tarik sangat mengagumkan. Budaya yang dimiliki bangsa Indonesia
merupakan sumber modal yang besar artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan
kepariwisataan.
Candi Borobudur merupakan salah satu objek wisata yang
terletak di desa Borobudur, kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Adanya
objek wisata Candi Borobudur diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
daerah dan mendorong masyarakat sekitar berdagang atau menjual barang yang
menjadi ciri khas daerah Wisata Candi
Borobudur.
Selain keberadaan Objek Wisata Candi Borobudur berpengaruh
terhadap ekonomi para penduduk setempat yang berjualan di sekitar Candi
Borobudur. Objek Wisata Candi Borobudur ini digunakan untuk berjualan
barang-barang yang mempunyai ciri khas Daerah Wisata Candi Bobudur. Juga para
pedagang saling berebut untuk mendapatkan uang dari para wisatawan. Dengan demikian
penduduk sekitar Objek Wisata Candi Borobudur sangat terbantu karena mereka
dapat tercukupi kebutuhan mereka dengan berdagang di sekitar Candi Borobudur.
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengadakan penelitian
terkait dengan keberadaan Objek Wisata Candi Borobudur dan pengaruh terhadap
ekonomi masyarakat sekitar,terutama para pedagang yang membuka usaha di kawasan
Taman Wisata Candi Borobudur sehingga penulis mengambil judul “Pengaruh Objek
Wisata Candi Borobudur Terhadap Pedagang Di Kawasan CandiBorobudur”.
1.
Bagaimana pengaruh
wisatawan terhadap pedagang di kawasan Candi Borobudur?
2.
Apa keuntungan yang di
dapat pedagang di kawasan Candi Borobudur ?
3.
Apa sajakah objek
wisata di kawasan Candi Borobudur ?
1.3
Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh objek wisata Candi Borobudur
terhadap pedagang di kawasan Candi Borobudur
2. Untuk mengetahui keuntungan yang di dapat pedagang di
kawasan Candi Borobudur
3. Untuk mengetahui objek wisata di kawasan Candi Borobudur
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Candi
Borobudur
Tidak ditemukan bukti tertulis yang
menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu
pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang
tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim
digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun
sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan
830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendradi Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan
Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75-100 tahun lebih dan benar-benar
dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.
Terdapat kesimpangsiuran fakta
mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha.
Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang
taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan
bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa. Pada kurun waktu itulah
dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama
Siwa Sanjayamemerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalinggayang dibangun
di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah
timur dari Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang
hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran
Prambanan, meskipun demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua
puluh lima tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanansekitar tahun 850M.
Pembangunan candi-candi Buddha
termasuk Borobudur saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaranmemberikan izin
kepada umat Buddha untuk membangun candi. Bahkan untuk menunjukkan
penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha(komunitas Buddha), untuk
pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun
778 Masehi. Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat
Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan
dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan mendanai
pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi diduga terdapat
persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu. wangsa Syailendra yang
menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwayang kemudian
wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko.Ketidakjelasan
juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan
sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa
Syailendra, akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi
dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak
Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.
Dijadikannya Candi
Borobudur sebagai salah satu tujuan wisata utama di Indonesia telah memberikan
sumbangan yang tidak kecil pada peningkatan devisa negara. Pengunjung Candi
Borobudur dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Peningkatan jumlah
pengunjung di satu pihak dapat menambah pendapatan negara dan masyarakat di
sekitarnya, tetapi di lain pihak juga dapat mengancam kelestarian candi ini.
Candi yang dibangun kira-kira abad VIII pada masa pemerintahan wangsa Sailendra
ini telah kurang lebih 1260 tahun berada di alam terbuka, artinya bahan
bangunan yang terbuat dari batu andesit itu juga telah mengalami proses
degradasi (pelapukan) oleh faktor waktu dan alam.
Meningkatnya jumlah
pengunjung ke Candi Borobudur akan memberikan dampak kurang baik bagi upaya
pelestarian warisan budaya. Oleh karena itu, perlu dibuat wilayah peredam yang
dapat menghambat pengunjung agar tidak naik bersama-sama ke candi, yaitu dengan
membuat taman wisata di lingkungan candi. Keberadaan taman wisata diharapkan
membuat pengunjung akan tersebar ke berbagai penjuru taman. Dengan tersebarnya
pengunjung akan mengurangi beban yang ditanggung oleh bangunan candi.
Ada dua faktor utama
penyebab terjadinya degradasi pada bangunan candi, yaitu faktor dari dalam dan
luar. Faktor dari dalam biasanya disebabkan oleh keroposnya bangunan itu
sendiri, seperti konstruksi dan bahan penyusunnya. Faktor dari luar adalah
pengaruh lingkungan biotik, abiotik, dan khernis. Kerusakan yang disebabkan
oleh faktor biotik adalah tumbuhnya tanaman tingkat tinggi ( ilalang, perdu,
pohon-pohon besar ) dan tanaman tingkat rendah (lumut, jamur, jamur kerak, dan
algae). Selain itu, kerusakan juga disebabkan oleh aktivitas manusia, baik
secara disengaja maupun tidak disengaja. Kerusakan disengaja seperti
corat-coret, pencurian, pengotoran, batu penyusun jatuh karena dipanjat,
sedangkan kerusakan tidak disengaja seperti terjadinya keausan batu pada lantai
bangunan dan kerontokan. Kerontokan terjadi akibat pembersihan gulma pada batu
candi dengan menggunakan sikat.
2.2 Berdirinya Candi Borobudur
Banyak buku-bukusejarah yang menuliskan tentang Candi
Borobudur, akan tetapikapan Candi Borobudur dirikan tidaklah dapat di ketahui
secara pasti namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang
di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke- 8 sampai awal abad ke- 9 dari bukti-bukti
tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar
tahun 800 M.
Kesimpulan
tersebut ternyata sesuai dengan dengan
kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah
jawa tengah, khususnya periode antara abad ke- 8 dan pertengahan abad ke- 9 yang
terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra. Masa kejayaan ini di tandai dengan
di bangunnya sejumlah besar candi di lereng-lereng gunung, yang sebagian besar adalah bangunan khas hindu sedangkan
yang bertebaran di dataran-dataran
adalah bangunan khas
Budha tapi ada juga sebagian kecil bangunan khas Hindu.
Dengan
demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa
Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena usaha untuk menjungjung tinggi
dan mengagungkan agama Budha Mahayana.
2.3 Candi Borobudur Tidak Terawat
MeletusnyaGunung Merapi diduga sebagai penyebab utama diterlantarkannya Borobudur. Borobudur
tersembunyi dan terlantar selama berabad-abad terkubur di bawah lapisan tanah
dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga
Borobudur kala itu benar-benar menyerupai bukit. Alasan sesungguhnya penyebab
Borobudur ditinggalkan hingga kini masih belum diketahui. Tidak diketahui
secara pasti sejak kapan bangunan suci ini tidak lagi menjadi pusat ziarah umat
Buddha. Pada kurun 928 dan 1006, Raja Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur setelah serangkaian letusan gunung berapi; tidak dapat dipastikan apakah
faktor inilah yang menyebabkan Borobudur ditinggalkan, akan tetapi beberapa
sumber menduga bahwa sangat mungkin Borobudur mulai ditinggalkan pada periode
ini. Bangunan suci ini disebutkan secara samar-samar sekitar tahun 1365, oleh Mpu Prapanca dalam naskahnya Nagarakretagama yang ditulis
pada masa kerajaan Majapahit. Ia menyebutkan adanya "Wihara di Budur". Selain itu Soekmono
(1976) juga mengajukan pendapat populer bahwa candi ini mulai benar-benar
ditinggalkan sejak penduduk sekitar beralih keyakinan kepada Islam pada abad
ke-15.
Monumen ini tidak sepenuhnya
dilupakan, melalui dongeng rakyat Borobudur beralih dari sebagai bukti kejayaan
masa lampau menjadi kisah yang lebih bersifat tahayul yang dikaitkan dengan
kesialan, kemalangan dan penderitaan. Dua Babad Jawa yang ditulis abad ke-18
menyebutkan nasib buruk yang dikaitkan dengan monumen ini. Menurut Babad Tanah Jawi(Sejarah Jawa),
monumen ini merupakan faktor fatal bagi Mas Dana, pembangkang yang memberontak
kepada Pakubuwono I, rajaKesultanan Mataram pada 1709. Disebutkan
bahwa bukit "Redi Borobudur" dikepung dan para pemberontak dikalahkan
dan dihukum mati oleh raja. Dalam Babad
Mataram (Sejarah Kerajaan Mataram), monumen ini dikaitkan dengan
kesialan Pangeran Monconagoro, putra mahkota Kesultanan Yogyakarta yang mengunjungi monumen ini pada 1757. Meskipun terdapat tabu yang
melarang orang untuk mengunjungi monumen ini, "Sang Pangeran datang dan
mengunjungi satria yang terpenjara di
dalam kurungan (arca buddha yang terdapat di dalam stupa
berterawang)". Setelah kembali ke keraton, sang Pangeran jatuh sakit dan
meninggal dunia sehari kemudian. Dalam kepercayaan Jawa pada masa Mataram
Islam, reruntuhan bangunan percandian dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh
halus dan dianggap wingit
(angker) sehingga dikaitkan dengan kesialan atau kemalangan yang mungkin
menimpa siapa saja yang mengunjungi dan mengganggu situs ini. Meskipun secara
ilmiah diduga, mungkin setelah situs ini tidak terurus dan ditutupi semak
belukar, tempat ini pernah menjadi sarang wabah penyakit seperti demam berdarah atau malaria.
2.3.1PenemuanKembaliCandi Borobudur
Candi
Borobudur yang sempat menjadi keajaiban dunia ini menjulang tinggi di antara
dataran rendah di sekelilingnya. Candi Borobudur terlupakan selama tenggang
waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad-abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Sekitar 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, ini adalah
waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi atau membangun bukit alam Candi
Borobudur dengan batu-batu pada
saat pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800-an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930
M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur.
Setelah
sekian lama Candi Borobudur terbengkalai dan tak terurus maka tumbuhlah
tumbuhan liar yang menutupi bangunan tersebut. sekitar abad ke – 10 Candi
Borobudur terbengkalai dan terlupakan. Pada tahun 1835M seluruh candi di
bersihkan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman, karen begitu tertariknya
terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puin-puing yang
masih menutupi candi di sigkirkan dan tanah yang menutupi lorong-lorong bangunan candipun di singkirkan.
Setelah Perang Inggris-Belandadalam memperebutkan pulau Jawa, Jawa dibawah pemerintahan Britania
(Inggris) pada kurun 1811 hingga 1816. Thomas Stamford Raffles ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, dan ia memiliki minat istimewa
terhadap sejarah Jawa. Ia mengumpulkan artefak-artefak antik kesenian Jawa kuno dan membuat catatan mengenai sejarah dan
kebudayaan Jawa yang dikumpulkannya dari perjumpaannya dengan rakyat setempat
dalam perjalanannya keliling Jawa. Pada kunjungan inspeksinya di Semarang tahun 1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di dalam
hutan dekat desa Bumisegoro.Karena berhalangan dan tugasnya sebagai Gubernur
Jenderal, ia tidak dapat pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan mengutus
H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan
besar ini. Dalam dua bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan
dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah
yang mengubur candi ini. Karena ancaman longsor, ia tidak dapat menggali dan
membersihkan semua lorong. Ia melaporkan penemuannya kepada Raffles termasuk
menyerahkan berbagai gambar sketsa candi Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya
menyebutkan beberapa kalimat, Raffles dianggap berjasa atas penemuan kembali
monumen ini, serta menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah
hilang ini.
Hartmann,
seorang pejabat pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Kedu meneruskan kerja
Cornelius dan pada 1835 akhirnya seluruh bagian bangunan telah tergali dan
terlihat. Minatnya terhadap Borobudur lebih bersifat pribadi daripada tugas
kerjanya. Hartmann tidak menulis laporan atas kegiatannya; secara khusus,
beredar kabar bahwa ia telah menemukan arca buddha besar di stupa utama. Pada
1842, Hartmann menyelidiki stupa utama meskipun apa yang ia temukan tetap
menjadi misteri karena bagian dalam stupa kosong.
Pemerintah Hindia Belandamenugaskan F.C.
Wilsen, seorang insinyur pejabat Belanda bidang teknik, ia mempelajari monumen
ini dan menggambar ratusan sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk
melakukan penelitian lebih terperinci atas monumen ini, yang dirampungkannya
pada 1859. Pemerintah berencana menerbitkan artikel berdasarkan penelitian
Brumund yang dilengkapi sketsa-sketsa karya Wilsen, tetapi Brumund menolak
untuk bekerja sama. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menugaskan ilmuwan lain,
C. Leemans, yang mengkompilasi monografi berdasarkan sumber dari Brumund dan Wilsen. Pada 1873, monograf pertama
dan penelitian lebih detil atas Borobudur diterbitkan, dilanjutkan edisi
terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun kemudian. Foto pertama monumen ini
diambil pada 1873 oleh ahli engrafi Belanda, Isidore van Kinsbergen.
Penghargaan
atas situs ini tumbuh perlahan. Untuk waktu yang cukup lama Borobudur telah
menjadi sumber cenderamata dan pendapatan bagi pencuri, penjarah candi, dan
kolektor "pemburu artefak". Kepala arca Buddha adalah bagian yang
paling banyak dicuri. Karena mencuri seluruh arca buddha terlalu berat dan
besar, arca sengaja dijungkirkan dan dijatuhkan oleh pencuri agar kepalanya
terpenggal. Karena itulah kini di Borobudur banyak ditemukan arca Buddha tanpa
kepala. Kepala Buddha Borobudur telah lama menjadi incaran kolektor benda antik
dan museum-museum di seluruh dunia. Pada 1882, kepala inspektur artefak budaya
menyarankan agar Borobudur dibongkar seluruhnya dan reliefnya dipindahkan ke
museum akibat kondisi yang tidak stabil, ketidakpastian dan pencurian yang
marak di monumen. Akibatnya, pemerintah menunjuk Groenveldt, seorang arkeolog,
untuk menggelar penyelidikan menyeluruh atas situs dan memperhitungkan kondisi
aktual kompleks ini; laporannya menyatakan bahwa kekhawatiran ini berlebihan
dan menyarankan agar bangunan ini dibiarkan utuh dan tidak dibongkar untuk
dipindahkan.
Bagian candi
Borobudur dicuri sebagai benda cinderamata, arca dan ukirannya diburu kolektor
benda antik. Tindakan penjarahan situs bersejarah ini bahkan salah satunya
direstui Pemerintah Kolonial. Pada tahun 1896, Raja Thailand, Chulalongkorn ketika mengunjungi Jawa di Hindia
Belanda(kini Indonesia) menyatakan minatnya
untuk memiliki beberapa bagian dari Borobudur. Pemerintah Hindia Belanda
mengizinkan dan menghadiahkan delapan gerobak penuh arca dan bagian bangunan
Borobudur. Artefak yang diboyong ke Thailand antara lain; lima arca Buddha
bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk
kala, tangga dan gerbang, dan arca penjaga dwarapalayang pernah berdiri di Bukit Dagi beberapa ratus meter di barat laut
Borobudur. Beberapa artefak ini, yaitu arca singa dan dwarapala, kini
dipamerkan di Museum Nasional Bangkok
2.3.2PenyelamatanCandi Borobudur
Semenjak
Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan
Candi Borobudur mula-mula hanya
dilakukan secara kecil-kecilan
serta pembuatan gambar-gambar dan
photo-photo
reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang pertama kali di adakan pada tahun 1907 M-1911 M di
bawah pimpinan Th VanErpdengan maksud
untuk menghindari kerusakan-kerusakan
yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak bagian
tembok atau dinding-dinding
terutama di tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut
yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjung maupun
bangunannya sendiri, namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi
Borobudur dapat di selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai
gapura-gapura hanya
beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa
silam, namun juga perlu di sadari bahwa tahun-tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di sema-semak secara tidak langsung telah menutupi adan
melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan Candi
Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan melesetnya dinding-dinding dari
bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu, Pendapat itu sampai 50
tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tn
Vanerf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih
parah.
2.3.3 PemugaranCandi Borobudur
Pemugaran
Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan pemugaran
Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur karyawan
pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga-tenaga muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang
memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang
Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA ).
Teknologi
Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu-batu Candi Borobudursedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta
memperbaiki batu-batu yang
sudah retak dan pecah, pekerjaan-pekerjan di
atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi
pengadaaan bahan-bahan
bangunan di tangani oleh kontraktor ( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND
DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian-bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah
bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar
sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di
pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawahpimpinan DR
Soekmonodengan di tandaisebuahbatuprasatiseberat + 20 Ton.
Borobudur
kembali menarik perhatian pada 1885, ketika Yzerman, Ketua Masyarakat Arkeologi
di Yogyakarta, menemukan kaki
tersembunyi. Foto-foto yang menampilkan relief pada kaki tersembunyi
dibuat pada kurun 1890–1891.Penemuan ini mendorong pemerintah Hindia Belanda
untuk mengambil langkah menjaga kelestarian monumen ini. Pada 1900, pemerintah
membentuk komisi yang terdiri atas tiga pejabat untuk meneliti monumen ini:
Brandes, seorang sejarawan seni, Theodoor van Erp, seorang insinyur yang juga
anggota tentara Belanda, dan Van de Kamer, insinyur ahli konstruksi bangunan
dari Departemen Pekerjaan Umum.Penanaman beton dan pipa PVC untuk memperbaiki sistem drainase
Borobudur pada pemugaran tahun 1973.
Pada 1902,
komisi ini mengajukan proposal tiga langkah rencana pelestarian Borobudur
kepada pemerintah. Pertama, bahaya yang mendesak harus segera diatasi dengan
mengatur kembali sudut-sudut bangunan, memindahkan batu yang membahayakan batu
lain di sebelahnya, memperkuat pagar langkan pertama, dan memugar beberapa
relung, gerbang, stupa dan stupa utama.Kedua, memagari halaman candi,
memelihara dan memperbaiki sistem drainase dengan memperbaiki lantai dan
pancuran. Ketiga, semua batuan lepas dan longgar harus dipindahkan, monumen ini
dibersihkan hingga pagar langkan pertama, batu yang rusak dipindahkan dan stupa
utama dipugar. Total biaya yang diperlukan pada saat itu ditaksir sekitar
48.800 Gulden.
Pemugaran
dilakukan pada kurun 1907 dan 1911, menggunakan prinsip anastilosis dan dipimpin Theodor van Erp. Tujuh bulan pertama dihabiskan untuk
menggali tanah di sekitar monumen untuk menemukan kepala buddha yang hilang dan
panel batu. Van Erp membongkar dan membangun kembali tiga teras melingkar dan
stupa di bagian puncak. Dalam prosesnya Van Erp menemukan banyak hal yang dapat
diperbaiki; ia mengajukan proposal lain yang disetujui dengan anggaran tambahan
sebesar 34.600 gulden. Van Erp melakukan rekonstruksi lebih lanjut, ia bahkan dengan
teliti merekonstruksi chattra
(payung batu susun tiga) yang memahkotai puncak Borobudur. Pada pandangan
pertama, Borobudur telah pulih seperti pada masa kejayaannya. Akan tetapi
rekonstruksi chattrahanya
menggunakan sedikit batu asli dan hanya rekaan kira-kira. Karena dianggap tidak
dapat dipertanggungjawabkan keasliannya, Van Erp membongkar sendiri bagian chattra. Kini mastaka atau kemuncak
Borobudur chattrasusun tiga
tersimpan di Museum Karmawibhangga Borobudur.
Akibat anggaran
yang terbatas, pemugaran ini hanya memusatkan perhatian pada membersihkan
patung dan batu, Van Erp tidak memecahkan masalah drainase dan tata air. Dalam
15 tahun, dinding galeri miring dan relief menunjukkan retakan dan
kerusakan.Van Erp menggunakan beton yang menyebabkan terbentuknya kristal garam
alkali dan kalsium hidroksida yang menyebar ke seluruh bagian bangunan dan
merusak batu candi. Hal ini menyebabkan masalah sehingga renovasi lebih lanjut
diperlukan.
Pemugaran
kecil-kecilan dilakukan sejak itu, tetapi tidak cukup untuk memberikan
perlindungan yang utuh. Pada akhir 1960-an, Pemerintah Indonesiatelah mengajukan permintaan kepada
masyarakat internasional untuk pemugaran besar-besaran demi melindungi monumen
ini. Pada 1973, rencana induk untuk memulihkan Borobudur dibuat. Pemerintah
Indonesia dan UNESCO mengambil langkah untuk perbaikan
menyeluruh monumen ini dalam suatu proyek besar antara tahun 1975 dan 1982.
Pondasi diperkokoh dan segenap 1.460 panel relief dibersihkan. Pemugaran ini
dilakukan dengan membongkar seluruh lima teras bujur sangkar dan memperbaiki
sistem drainase dengan menanamkan saluran air ke dalam monumen. Lapisan
saringan dan kedap air ditambahkan. Proyek kolosal ini melibatkan 600 orang
untuk memulihkan monumen dan menghabiskan biaya total sebesar 6.901.243 dollar
AS. Setelah renovasi, UNESCO memasukkan Borobudur ke dalam daftar Situs Warisan Dunia pada tahun 1991.
Borobudur masuk
dalam kriteria Budaya mewakili mahakarya kretivitas manusia yang jenius, menampilkan
pertukaran penting dalam nilai-nilai manusiawi dalam rentang waktu tertentu di
dalam suatu wilayah budaya di dunia, dalam pembangunan arsitektur dan
teknologi, seni yang monumental, perencanaan tata kota dan rancangan lansekap,
dan secara langsung dan jelas dihubungkan dengan suatu peristiwa atau tradisi
yang hidup, dengan gagasan atau dengan kepercayaan, dengan karya seni artistik
dan karya sastra yang memiliki makna universal yang luar biasa.
Prasasti
peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat
besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap
ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tangani langsung oleh tenaga yang
ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi
Borobudur.
2.4 Keunggulan
dan Manfaat Candi Borobudur
Candi yang terdaftar di
World Heritage Site UNESCO ini pernah menjadi anggota Tujuh Keajaiban Dunia.
Berdiri di Magelang, Jawa Tengah, Borobudur adalah salah satu candi Buddha
terbesar di dunia. Keunikan candi yang dibangun Raja Samaratungga ini tidak
hanya terletak pada struktur bangunannya yang terdiri dari 10 tingkat, tapi
juga pada relief-relief di tubuhnya yang menyimpan makna kehidupan di muka
bumi. Relief itu akan terbaca secara berurutan bila kita berjalan searah jarum
jam.
Pada reliefnya Borobudur
bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, Ramayana, selain
menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Keseluruhan relief mencerminkan
ajaran sang Buddha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi
orang-orang yang ingin mempelajari Buddha. Yang juga mengagumkan, Borobudur
dibangun hanya menggunakan sistem interlock, layaknya balok-balok lego yang
menempel tanpa lem ataupun semen.
Menurut Prof.Dr.JG
Casparis, sebuah prasasti dari abad sembilan menyingkapkan silsilah tiga raja wangsa
Cailendra, yaitu raja Indra, putranya Samaratungga dan selanjutnya putri
Samaratungga yaitu Pramodawardhani. Pada masa pemerintahan raja Samaratungga,
mulailah dibangun candi yang bernama Bhumisam Bharabudhara, yang dapat
ditafsirkan sebagai Bukit Peningkatan Kebajikan, yaitu setelah melampaui
sepuluh tingkat Bodhisattva. Setelah selesai dibangun selama kurang lebih
seratus lima puluh tahun, Candi Borobudur merupakan pusat ziarah megah bagi
penganut Buddha sampai dengan runtuhnya kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M,
dimana pusat kekuasaan dan kebudayaan pindah ke Jawa Timur.
Keindahan dan keagungan
Candi Borobudur tidak hanya mendapatkan pengakuan masyarakat Indonesia sendiri,
melainkan ia sudah dianggap sebagai warisan kebudayaan dunia. Hal ini terbukti
pada saat pemugaran Candi Borobudur selama sepuluh tahun sejak tahun 1971,
dukungan berbagai negara sahabat telah diberikan secara mantap. Dua puluh
delapan negara duduk sebagai anggota dari Executive Committee for the
International campaign to Safeguard the Temple Borobudur.
Selanjutnya, Candi
Borobudur berhasil menampilkan diri sebagai pusat wisata yang mampu menyerap
tingginya kunjungan wisatawan, yaitu kurang lebih 6.333,95 orang/ hari pada
tahun 1997 dengan 13% wisatawan mancanegara dan sisanya 87% wisatawan
nusantara.5 Kemegahan, keagungan, keindahan dan keunikan arsitektur Candi
Borobudur yang dibalut dengan nilai-nilai penting dari sisi agama, budaya dan
sejarah telah menjadi fokus perhatian umat Buddha, baik di Indonesia maupun
luar negeri, serta wisatawan pada umumnya untuk datang berkunjung. Dengan kata
lain Candi Borobudur mendatangkan banyak devisa untuk negara.
2.5 Ketertarikan Wisatawan Candi borobudur
Dengan segala pesona
dan misterinya, wajar bila banyak orang dari segala penjuru dunia memasukkan
Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati
candinya, pengunjung juga bisa berkeliling ke desa-desa di sekitar Borobudur,
seperti Karanganyar dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga pembuat kerajinan.
Pengunjung juga bisa pergi ke puncak Watu Kendil untuk dapat memandang panorama
Borobudur dari atas.
Sebagai kuil Budha yang
terbesar diseluruh dunia, Borobudur adalah salah satu hasil budaya manusia yang
paling sering dikunjungi lebih dari sejuta wisatawan setiap tahunnya. Baik
domestic maupun mancanegara. Tidak ada satupun candi diseluruh dunia yang
menyerupai gaya arsitek candi ini. Candi yang dibangun di pada abad kesembilan
masehi ini sangat pas sekali untuk orang-orang yang memiliki hobi fotografi, banyak
spot menarik yang bisa diambil untuk diabadikan, apabila disaat sunset.
Borobudur penuh dengan ornamen filosofis dimana menyimbolkan secara nyata
tentang perbedaan jalur yang dapat diikuti untuk mencapai tujuan hidup. Relief
yang terukir didinding candi memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup.
Dengan kata lain, Borobudur memiliki jiwa seni, filosofis, dan budaya. Jika
kita berada pada kota Yogyakarta, Borobudur bisa dicapai dengan menggunakan
mobil. Hanya akan memakan waktu sekitar 1jam untuk sampai kesana. Kita dapat
mengikuti tur atau menyewa mobil. Dengan menaiki candi menakjubkan ini, kita
dapat mengagumi setiap relief yang berada pada batu-batu disekeliling kita.
Aneka souvenir berupa
miniatur Borobudur dari perak, gantungan kunci, kaos oblong, hingga kartu pos
bergambar Borobudur bisa kita temui didaerah area candi Borobudur. Relief yang
terukir didinding candi memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup.
Setiap relief memiliki ceritanya masing-masing. Untuk lebih mengerti tentang maka
relief serta sejarah candi ini, kita dapat mengikuti tur atau menyewa pemandu
yang telah mengerti untuk membimbing kita. Dan adapula semacam mitos yang
mengatakan apabila kita berhasil menyentuh figur sang Budha yang terdapat dalam
stupa, maka keinginan yang kita miliki akan terkabul.
2.6Pedagang Di Kawasan Taman
Wisata Candi Borobudur
Setelah Candi Borobudur ini diresmikan
menjadi tempat Pariwisata. Kawasan Candi Borobudur ini mulai banyak pedagang
yang berdagang dikawasan. Dengan banyaknya pedagang yang berada dikawasan
pariwisata Candi Borobudur pedagangpun saling berebut pengunjung untuk
merebutkan konsumen dan ini dapat tidak menyamankan pengunjung yang datang ke
daerah wisata ini.
Cara berjualan pedagang yang selama ini dinilai tidak membuat nyaman pengunjung dan oleh karena itu penerapan pola giliran di tempat pariwisata ini akan dibenahi, terutama di kalangan pedagang cinderamata. Penjualan pun akan dibenahi melaui shift yang ditentukan para para pengunjung mengakui citra pariwisata Candi Borobudur terkesan buruk karena pedagang menawarkan cinderamata seolah-olah mengejar dan memaksa Wisata untuk membelinya pihaknya mencatat 3272 pedagang yang tergabung dalam52 kelompok aneka cinderamata makanan dan minuman berjualan di kompleks TWCB.
Cara berjualan pedagang yang selama ini dinilai tidak membuat nyaman pengunjung dan oleh karena itu penerapan pola giliran di tempat pariwisata ini akan dibenahi, terutama di kalangan pedagang cinderamata. Penjualan pun akan dibenahi melaui shift yang ditentukan para para pengunjung mengakui citra pariwisata Candi Borobudur terkesan buruk karena pedagang menawarkan cinderamata seolah-olah mengejar dan memaksa Wisata untuk membelinya pihaknya mencatat 3272 pedagang yang tergabung dalam52 kelompok aneka cinderamata makanan dan minuman berjualan di kompleks TWCB.
Setiap pedagang wajib menyerahkan data
diri diserati poto kepada pengurus paguyuban. Agar semua pedagang yang ada di
TWCB terdata oleh pihak Wisata Candi Borobudur. Meskipun kartu Anggota sudah
dibuat dan pembagian shift diberlakukan masih saja terjadi ketidak seimbangan
pelaku wisata dan wisatawan yang berkunjung ke Camdi Borobudur berdampak
konflik antar pedagang.
Setelah pihak Candi Borobudur mengetahui peristiwa ini tidak mengalami pembaikan. Pihak Candi Borobudur memberikan uji coba giliran berdagang dilakukan terhadap delapan kelompok yang terdiri atas kelompok pengasong (69 orang) patung batu dan petunggu (36 orang) topeng wayang (42) centong dan kipas tanduk (17) batik wirawisata (40) miniature Borobudur (38) miniature sepeda (8) asbak fiber (39). Setiap kelompok memiliki harga patokan minimal diatas barang yang dijual kepada wisatawan. Supaya tidak menyulitkan pedagangan lain dalam menjajakan cinderamata. Setiap kelompok membagi anggotanya untuk berjualan setiap hari, mulai pukul 06.00 hingga 12.00 WIB dan pukul 12.00 hingga 18.00 lokasi mereka berdagang di zona II dalam TWCB, dariperempatan jalan wisatawan dibawah pintu keluar Candi Borobudur, di zona I TWCB hingga depan museum karma wibangga.
Setelah pihak Candi Borobudur mengetahui peristiwa ini tidak mengalami pembaikan. Pihak Candi Borobudur memberikan uji coba giliran berdagang dilakukan terhadap delapan kelompok yang terdiri atas kelompok pengasong (69 orang) patung batu dan petunggu (36 orang) topeng wayang (42) centong dan kipas tanduk (17) batik wirawisata (40) miniature Borobudur (38) miniature sepeda (8) asbak fiber (39). Setiap kelompok memiliki harga patokan minimal diatas barang yang dijual kepada wisatawan. Supaya tidak menyulitkan pedagangan lain dalam menjajakan cinderamata. Setiap kelompok membagi anggotanya untuk berjualan setiap hari, mulai pukul 06.00 hingga 12.00 WIB dan pukul 12.00 hingga 18.00 lokasi mereka berdagang di zona II dalam TWCB, dariperempatan jalan wisatawan dibawah pintu keluar Candi Borobudur, di zona I TWCB hingga depan museum karma wibangga.
2.7Pedagang Candi Borobudur
Atur Giliran Berjualan
Pedagang asongan dikawasan Taman Wisata
Candi Borobudurb tahun lalu mulai mengatur giliran untuk berjualan di zona II
Taman Wisata Candi Borobudur. Hal ini semata-mata dilakukan untuk meningkatkan
kualitas layanan kepada para pengunjung. Agar tidak terus dicap jelek dan mengganggu
kenyamanan wisatawan. Maka tahun lalu pihak Candi Borobudur berupaya agar
aktivitas berdagang yang dijalankan berlangsung lebih tertib. Pengaturan
giliran berjualan di zona II ini sudah berjalan sejak 26 januari 2009. Setiap
harinya, giliran untuk berdagang ini terbagi menjadi dua shift, yaitu shift
pertama berlangsung mulai pukul 06.00 – 12.00 WIB dan shift kedua mulai pukul
13.00 – 18.00 WIB. Pada tahap awal, pengaturan giliran ini berlaku untuk
pedagang asongan dari depan komoditas namun nama-nama pedagang yang boleh
berjualan di zona II tersebut tidak baku dan dapat digantikan oleh pedagang
yang lain.
Dengan mengatur giliran tersebut, maka jumlah pedagang asongan di zona II akan lebih terkendali.
Dengan mengatur giliran tersebut, maka jumlah pedagang asongan di zona II akan lebih terkendali.
Dengan begitu situasi dari sekitar candi
akan terasa lebih nyaman karena wisatawan tidak merasa di kerumuni pedagang.
Selain tertib berjualan dalam pengamatan di lapangan, para pedagang juga
berusaha memperbaiki penampilan di antaranya dengan mengenakan baju seragam.
Kelmpok pedagang batik misalnya, bahkan memiliki tiga model baju seragam yang
dipakai berganti-ganti dalam satu minggu. Dengan memakai baju seragam, ketua
kelompok pedagang berupaya tampil lebih sopan dan menarik. Selain itu, kelompok
pedagang kaos batik juga telah membuat peraturan sendiri untuk mentertibkan
anggotanya untuk seorang wisatawan. Dalam berjualan pun mereka juga menyepakati
harga termurah yang ditawarkan kepada pengunjung jika ada yang melanggar, maka
yang bersangkutan akan dikenakan sanksi ujarnya, sanksi yang diberikan berupa
membayar denda Rp 10.000 hingga dikeluarkan dari kelompok.
2.8 Manfaat Candi Borobudur
Terhadap Pedagang
Adanya Objek Wisata Candi Borobudur
memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan para pedagang karena pedagang
dapat memanfaatkan potensi Objek Wisata Candi Borobudur sebagai lapangan
pekerjaan bagi mereka. Dengan banyaknya usaha dagang yang dikelola oleh para
pedagang akan membantu pedagang dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
hidup pedagang. Adanya Objek Wisata Candi Borobudur yang dimanfaatkan oleh
penduduk sekitar Candi Borobudur terutama yang bekerja menjadi pedagang di
Taman Borobudur dapat membantu tingkat kemakmuran dan kesejahteraan hidup para
pedagang.
Pendapatan merupakan keuntungan ekonomi yang didapat seseorang yang menyangkut jumlah yang dinyatakan dengan uang. Pendapatan yang diperoleh akan digunakan untuk membiayai kehidupan sehari-hari para pedagang yang meliputi kebutuhan pangan sandang dan papan yang merupakan kebutuhan primer maupun sekunder. Untuk membiayai kebutuhan hidupnya ada kalanya dari pendapatan yang diperoleh apabila ada sisa sebagai pedagang di Taman Borobudur dengan memperoleh penghasilan bersih antara Rp 20.000 – Rp 30.000 jika berdagang pada hari biasa. Tetapi jika pedagang pada waktu liburan bias mencapai Rp. 50.000 perhari.
Pendapatan merupakan keuntungan ekonomi yang didapat seseorang yang menyangkut jumlah yang dinyatakan dengan uang. Pendapatan yang diperoleh akan digunakan untuk membiayai kehidupan sehari-hari para pedagang yang meliputi kebutuhan pangan sandang dan papan yang merupakan kebutuhan primer maupun sekunder. Untuk membiayai kebutuhan hidupnya ada kalanya dari pendapatan yang diperoleh apabila ada sisa sebagai pedagang di Taman Borobudur dengan memperoleh penghasilan bersih antara Rp 20.000 – Rp 30.000 jika berdagang pada hari biasa. Tetapi jika pedagang pada waktu liburan bias mencapai Rp. 50.000 perhari.
2.9 Pengaruh Positif Candi
Borobudur Bagi Pedagang
Semakin luasnya kesempatan usaha. Adanya
kesempatan usaha tumbuh untuk menyediakan keperluan wisatawan, hal ini
mendorong para pedagang untuk membuka usaha dengan berdagang berbagai macam
barang dagangan yang menjadi cirri khas daerah wisata seperti
kerajinan-kerajinan. Usaha-usaha kios, warung makan dan berbagai macam dagangan
lainya.
Membuka lapangan pekerjaan, untuk usaha
yang ada dibutuhkan tenaga kerja dan makin banyak wisata yang berkunjung makin
banyak pula jenis usaha yang tumbuh maka makin luas juga lapangan kerja yang
tercipta. Adanya Objek Wisat Candi Borobudur dimanfaatkan pedagang untuk
membuka usaha seluas-luasnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang menyerap
banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Meningkatkan pendapatan adanya lapangan
kerja yang luas dan banyak pariwisata akan membantu meningkatkan pendapatan
para pedagang berasal dari banyaknya para wisatawan yang membeli barang-barang
dagang. Dari pendapatan yang meningkatkan dapat membantu memperbaiki
perekonomian yang berarti akan meningkatkan juga tingkat kesejahteraan dan
kemakmuran para pedagang.
Meningkatkan pola pikir para pedagang. Pola yang maju akan meningkatkan dampak perilaku para pedagang yang mulai terbuka untuk memanfaatkan keperluan ekonomi yang ada dengan mengembangkan usaha-usaha dagang para pedagang agar lebih maju dengan melakukan kerjasama-kerjasama ekonomi antara para pedagang.
Meningkatkan pola pikir para pedagang. Pola yang maju akan meningkatkan dampak perilaku para pedagang yang mulai terbuka untuk memanfaatkan keperluan ekonomi yang ada dengan mengembangkan usaha-usaha dagang para pedagang agar lebih maju dengan melakukan kerjasama-kerjasama ekonomi antara para pedagang.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Wisatawan Terhadap Pedagang Di Kawasan Candi
Borobudur
Hampir semua penduduk di sekitar Candi
Borobudur memperoleh pendapatan dari berdagang di kawasan Candi Borobudur.
Hingga pedagang di Tempat Wisata Candi Borobudur kurang biasa dikendalikan dan
pedagang membuat para pengunjung tidak nyaman dengan adanya pedagang yang
banyak terutama asongan, juga penawaran pedagang seolah-olah memaksa pembeli.
Dengan adanya persoalan seperti ini dengan mengatur jadwal mereka agar tidak
terlalu banyak pedagang. di kawasan candi borobudur, turis sering terasa terganggu
dengan pedagang yang sering berjualan dengan sikap memaksa di kawasan tersebut.
Adanya obyek wisata
candi borobudur memberikan pengaruh positif bagi perilaku social ekonomi
pedagang yaitu semakin luasnya kesempatan usaha, membuka lapangan pekerjaan,
meningkatkan pendapatan dan pola piker pedagang dalam pengembangan usaha
dagang. Sedangkan pengaruh negatifnya yaitu meningkatnya harga di daerah
wisata, adanya persaingan dan pertentangan atau pertikaian dan pencemaran
lingkungan. Keberadaan taman borobudur berpengaruh terhadap perilaku social
ekonomi pedagang. Proses interaksi social menghasilkan dua pola yaitu pola
interaksi social asosiatif dan pola interaksi social disosiatif. Bagi pedagang
agar memiliki sikap terbuka untuk menerima perbedaan-perbedaan agar lebih aktif
memberikan penyuluhan untuk mencegah persaingan dan pertentangan atau
pertikaian antara pedagng untuk menciptakan lingkungan taman yang aman dan
nyaman.
3.2
Keuntungan Yang Di Dapat Pedagang Di
Kawasan Candi Borobudur
Candi Borobudur yang terletak di
kabupaten Magelang, sangat membantu sekali dalam perekonomian rakyat setempat.
Karena dengan adanya tempat Wisata Candi Borobudur disekitar masyarakat
tersebut. Para penduduk dapat membuka usaha di sekitar Candi Borobudur seperti
berdagang.
Adanya Objek Wisata Candi Borobudur
memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan para pedagang karena pedagang
dapat memanfaatkan potensi Objek Wisata Candi Borobudur sebagai lapangan
pekerjaan bagi mereka. Dengan banyaknya usaha dagang yang dikelola oleh para pedagang
akan membantu pedagang dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup
pedagang. Adanya Objek Wisata Candi Borobudur yang dimanfaatkan oleh penduduk
sekitar Candi Borobudur terutama yang bekerja menjadi pedagang di Taman
Borobudur dapat membantu tingkat kemakmuran dan kesejahteraan hidup para
pedagang.
Pendapatan merupakan keuntungan ekonomi yang didapat seseorang yang menyangkut jumlah yang dinyatakan dengan uang. Pendapatan yang diperoleh akan digunakan untuk membiayai kehidupan sehari-hari para pedagang yang meliputi kebutuhan pangan sandang dan papan yang merupakan kebutuhan primer maupun sekunder. Untuk membiayai kebutuhan hidupnya ada kalanya dari pendapatan yang diperoleh apabila ada sisa sebagai pedagang di Taman Borobudur dengan memperoleh penghasilan bersih antara Rp 20.000 – Rp 30.000 jika berdagang pada hari biasa. Tetapi jika pedagang pada waktu liburan bias mencapai Rp. 50.000 perhari.
Pendapatan merupakan keuntungan ekonomi yang didapat seseorang yang menyangkut jumlah yang dinyatakan dengan uang. Pendapatan yang diperoleh akan digunakan untuk membiayai kehidupan sehari-hari para pedagang yang meliputi kebutuhan pangan sandang dan papan yang merupakan kebutuhan primer maupun sekunder. Untuk membiayai kebutuhan hidupnya ada kalanya dari pendapatan yang diperoleh apabila ada sisa sebagai pedagang di Taman Borobudur dengan memperoleh penghasilan bersih antara Rp 20.000 – Rp 30.000 jika berdagang pada hari biasa. Tetapi jika pedagang pada waktu liburan bias mencapai Rp. 50.000 perhari.
3.3Objek Wisata Di Kawasan
Candi Borobudur
Sesungguhnya candi borobudur memiliki petensi
wisata besar dan bervariasi, seperti wisata alam, budaya, hingga kuliner.namun
sayang potensi ini seperti tenggelam oleh popularitas candi yang sudah
mendunia.
3.3.1 Punthuk
Setumbu
tempat ini
berada di desakarangrejo, kecamatan borobudur, kabupaten manggelang, sekitar 4
kmke arah barat dari candi. Punthuk setumbu adalah salah satu bukti di antara
deretan perbukitan menoreh. Karena berada di dataran tinggi, maka dengan
mendakinya anda akan di suguhkan pemandangan memikat berupa candi borobudur
dari kejauhan.
Sebagai
pengunjung lokasi ini adalah pencinta fotografi dari dalam dan luar negeri.
Hamparan lansekap di sekitar punthuk setumbu memang memukau untuk di abadikan,
terutama di pagi hari. Jika beruntung fotografer yang datang ketika matahari
terbit bisa menangkap roll of ligh yang menembus awan dan embun.
3.3.2 Desa Wanurejo
desa
wanurejo punya sejarah tersendiri. Ia memiliki hubungan emosional dengan
perjuangan pangeran diponegoro.peninggalan yang ada maupun cerita rakyat yang
telah bertahun-tahun di turunkan oleh pendahulunya menjadi saksi jesarah beliau
desa ini. Salah satunya adalah makam yang di percaya masyarakat sebagai makam
BPH. Tedjokusumo, putra dari sri sultan hamengkubuwono II ke-76. Dia inilah cikal bakal berdirinya
desa wanurejo. Setiap tahun, desa ini merayakan hari jadinya dengan menggelar
perhelatan akbar, yang dinamakan gelar budaya desa wanurejo. Ini adalah ajang
para pengrajin dan seniman unjuk gigi.
3.3.3 Desa Tegal
Arum
ini
pusatnya kripik tempe dan peyek kacang. Anda bisa melihat langsung proses
peracikan bumbu, penggorengan, sampai pengemasannya. Para pekerjanya adalah
ibu-ibu setempat, yang akan dengan ramah mempersilahkan anda menyaksikan
kegiatan mereka sehari-hari, jika anda mampir kesini jangan lupa membeli
makanan mereka. Selain masih segar, harga juga lebih murah di banding di
toko-toko.
3.3.4 Dusun Klipoh
dusun
klipoh di kenal sebagai salah satu sentra pembuatan gerabah di daerah jawa
tengah.mayoritas penduduknya memang hidup sebagai pengrajin barang-barang tanah
liat. Keterampilan mereka membuat gerabah di peroleh secaraturun menurun, sejak
berpuluh tahun silam. Namun, yang menarik disini adalah cara mereka membuat
gerabah. Warga dusun klipoh masih menggunakan cara-cara tradisional. Bagi
mereka, cara ini adalah sesuatu yang harus di pertahankan karena sudah menjadi
bagian dari budaya setempat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan mengenai
pengaruh Objek Wisata Candi Borobudur terhadap pedagang di kawasan Taman Wisata
Candi Borobudur dapat disipulkan sebagai berikut :
1.
Tempat Wisata Candi Borbudur
sangat bermanfaat bagi penduduk setempat untuk berdagang.
2.
Pedagang dapat menghasilkan
keuntungan lebih besar dari tempat Wisata Candi Borobudur.
3.
Tempat Wisata Candi Borobudur
dapat membantu penduduk untuk usaha berdagang.
4.2 Saran
Bagi pedagang di taman wisata Candi Borobudur
janganlah mendesak-desak wisatawan yang akan berwisata untuk memaksa membeli
barang dagangannya. Agar tidak menggangu pengunjung dan menawarkan barang
dagangan harus lebih sopan.
Bagi pihak PT Taman Wisata Candi Borobudur
pihak PT Taman Wisata Candi Borobudur selaku pihak yang bertanggung jawab
mengella Taman Wisata Candi Borobudur harus lebih efektif memberikan penyuluhan
untuk mencegah agar pedagang tidak berlebihan. Berlebihan pedagang dapat
mengakibatkan pengunjung kurang nyaman.